Pemerintah Desa Kemantren dan Puskesmas Gelar Fogging serta Sosialisasi Pencegahan DBD

284

Sidoarjo//www.pilarcakrawala.news| Memasuki musim penghujan, genangan air di berbagai sudut lingkungan menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak, khususnya Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang dikenal sebagai vektor utama penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Menyadari tingginya risiko penularan penyakit ini, Pemerintah Desa Kemantren, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, bekerja sama dengan Puskesmas Kemantren melaksanakan Fogging atau pengasapan serta sosialisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk menekan angka kasus DBD di wilayahnya.

Sebagai langkah awal pencegahan, pada Rabu (12/02/2025), tim dari Puskesmas Kemantren melakukan fogging di wilayah RT 03 RW 02 Desa Kemantren. Fogging merupakan metode pengasapan menggunakan pestisida untuk membunuh nyamuk dewasa, khususnya nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab utama penyakit DBD. Kegiatan ini mendapat perhatian besar dari warga setempat, yang turut serta membantu petugas dalam proses pengasapan dengan membuka pintu dan jendela rumah mereka agar asap fogging dapat menjangkau seluruh sudut ruangan.

Menurut dr. Teguh Arief Dwiyanto, Kepala Puskesmas Kemantren, fogging memang menjadi salah satu metode efektif dalam mengendalikan populasi nyamuk dewasa. Namun, ia menekankan bahwa fogging bukanlah solusi utama, karena metode ini hanya membunuh nyamuk dewasa tanpa mengatasi jentik-jentik nyamuk yang berkembang di tempat penampungan air. Oleh karena itu, langkah preventif lain seperti menjaga kebersihan lingkungan tetap harus dilakukan secara rutin.

Setelah pelaksanaan fogging, Puskesmas Kemantren menggelar sosialisasi kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan DBD yang lebih efektif dan berkelanjutan. Dalam sesi sosialisasi ini, dr. Teguh menjelaskan tentang pentingnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta penerapan 3M Plus, yang menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko penyebaran DBD.

“Hari ini kami tidak hanya melakukan fogging, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pencegahan DBD. Kami ingin semua warga memahami bahwa pencegahan yang paling efektif adalah melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus,” jelas dr. Teguh kepada awak media Pilar Cakrawala.

Adapun 3M Plus yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara berkala, seperti bak mandi, gentong, tempayan, dan drum air, untuk mencegah nyamuk bertelur.

2. Menutup rapat tempat penampungan air agar tidak menjadi sarang nyamuk.

3. Mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang bekas yang berpotensi menampung air hujan, seperti ban bekas, botol plastik, dan kaleng.

4. Plus, melakukan berbagai upaya tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, serta memastikan ventilasi rumah tetap bersih dan bebas dari sarang nyamuk.

Selain itu, dr. Teguh juga mengingatkan warga untuk lebih waspada terhadap gejala DBD, yang biasanya ditandai dengan demam tinggi selama 2-7 hari, nyeri otot dan sendi, serta munculnya bintik-bintik merah di kulit. Yang perlu diwaspadai adalah fase kritis yang terjadi pada hari ke-4 hingga ke-5, di mana demam bisa turun secara tiba-tiba hingga 37°C, tetapi justru dalam kondisi ini penderita berisiko mengalami syok akibat kebocoran plasma. Oleh karena itu, warga diminta untuk segera membawa penderita ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Kemantren, H. Kuswandi, SH, MM, menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada Puskesmas Kemantren yang telah berupaya keras dalam menanggulangi ancaman DBD di desanya.

“Saya, selaku Kepala Desa Kemantren, mengucapkan terima kasih kepada Puskesmas Kemantren atas pelaksanaan sosialisasi dan fogging hari ini. Ini merupakan langkah nyata dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama di musim penghujan yang rawan penyakit DBD. Saya berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan dan menerapkan 3M Plus secara konsisten,” ujar H. Kuswandi.

Lebih lanjut, Kepala Desa menegaskan bahwa Pemerintah Desa Kemantren akan terus bersinergi dengan Puskesmas dan pihak terkait lainnya untuk mengurangi angka kasus DBD di wilayahnya. Ia juga mengajak seluruh warga untuk turut aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan, tidak hanya saat ada program pemerintah, tetapi juga sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari.

Kegiatan fogging dan sosialisasi ini disambut positif oleh masyarakat Desa Kemantren. Banyak warga yang berharap agar kegiatan seperti ini terus dilakukan secara berkala, terutama saat memasuki musim penghujan. Dengan adanya kesadaran kolektif dari masyarakat, diharapkan Desa Kemantren bisa menjadi desa yang bebas dari DBD dan menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam hal penerapan pola hidup bersih dan sehat.

Dengan upaya yang terus dilakukan secara berkelanjutan dan masif, serta dukungan penuh dari pemerintah desa, puskesmas, dan masyarakat, harapan untuk menekan angka kasus DBD bukanlah hal yang mustahil. Yang terpenting adalah kesadaran dan keterlibatan aktif seluruh warga dalam menjaga kebersihan lingkungan, sehingga penyebaran penyakit berbahaya seperti DBD dapat dicegah sejak dini.( ED s )

Get real time updates directly on you device, subscribe now.