Ketua DPRD Sidoarjo Abdillah Nasih Besuk Korban Tragedi Ponpes Al Khoziny, Sayangkan Pernyataan Bupati Subandi Soal IMB

22

SIDOARJO//www.pilarcakrawala.news|Duka mendalam masih menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, pasca runtuhnya bangunan mushala pada Selasa (30/9/2025) lalu. Musibah ini tidak hanya menyisakan luka fisik bagi para korban, tetapi juga meninggalkan trauma bagi santri maupun keluarga besar pesantren.

Di tengah suasana penuh keprihatinan ini, Ketua DPRD Sidoarjo, H. Abdillah Nasih, menunjukkan kepedulian yang tinggi. Sosok yang akrab disapa Cak Nasih tersebut turun langsung membesuk para korban yang kini masih menjalani perawatan intensif di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, Kamis (2/10/2025) siang.

Kehadirannya bukan hanya sebagai bentuk dukungan moral, melainkan juga untuk memastikan para korban mendapat penanganan medis terbaik. “Alhamdulillah, secara umum semua korban mendapat perawatan yang baik. Bahkan yang luar biasa, mereka menunjukkan ketabahan dan semangat yang begitu kuat untuk pulih,” ujarnya dengan nada haru.

Salah satu kisah yang membuat Cak Nasih terharu adalah kondisi Syailendra Haical, bocah 13 tahun yang selamat setelah terjebak selama tiga hari di bawah reruntuhan. Saat pertama kali dievakuasi, kondisinya sangat lemah. Namun kini, kesehatan Haical perlahan membaik.

“Dia sudah bisa berbicara lancar, bahkan penuh semangat. Bayangkan, baru saja lolos dari maut, tetapi yang dipikirkan adalah bagaimana bisa cepat kembali ke pondok untuk belajar. Ini bukti luar biasa dari keteguhan seorang santri kecil,” ungkapnya.

Selain Haical, Cak Nasih juga menjenguk Abdul Rozi, salah satu korban yang harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan kaki akibat diamputasi. “Meski kehilangan anggota tubuh, ia tetap ikhlas. Keluarganya pun luar biasa, menerima musibah ini dengan penuh kesabaran,” kata Cak Nasih.

Informasi terakhir menyebutkan, ada 13 korban yang masih dirawat di RSUD Sidoarjo. Menurut Ketua Fraksi PKB DPRD Sidoarjo, Dhamroni Chudlori (Gus Dham), selain pengobatan fisik, aspek psikologis juga tidak boleh diabaikan.

“Banyak santri yang kini mengalami trauma. Karena itu, trauma healing harus segera dilakukan. Kami siap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, bahkan kader PKB siap diterjunkan untuk ikut mendampingi pemulihan mental para korban,” tegas Gus Dham.

Namun, di balik suasana duka, muncul polemik terkait pernyataan Bupati Sidoarjo Subandi yang menyebut mushala Ponpes Al Khoziny tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Menurut Cak Nasih, pernyataan tersebut sangat disayangkan, apalagi dilontarkan ketika keluarga pesantren masih berduka.

“Ponpes Al Khoziny ini usianya sudah ratusan tahun. Dari sinilah lahir banyak ulama besar, kiai kharismatik, hingga santri hebat yang membawa nama harum Sidoarjo. Kalau masalah IMB dijadikan alasan, hampir semua pondok pesantren tua di Sidoarjo juga tidak memilikinya. Tidak pantas menjadikan itu kambing hitam atas tragedi ini,” tegas Cak Nasih dengan nada kecewa.

Ia menambahkan, pihaknya bersama Dewan Syuro DPC PKB—yang terdiri dari ulama, auliya, dan masyayikh—telah membahas masalah ini dan sepakat memberikan teguran keras kepada Bupati Subandi. “Kami benar-benar kecewa dengan statemen tersebut. Pemerintah seharusnya hadir memberi solusi, bukan malah menyalahkan,” imbuhnya.

Meski menegur keras, Cak Nasih menegaskan bahwa langkah antisipasi ke depan tetap harus dilakukan. Ia mendorong adanya mitigasi kebencanaan berupa kajian menyeluruh terhadap kondisi bangunan pondok pesantren di Sidoarjo.

“Pemerintah perlu membentuk tim khusus yang mendampingi pondok dalam pembangunan, memberikan kemudahan pengurusan IMB, dan memastikan aspek keamanan lebih diperhatikan. Dengan begitu, pemerintah benar-benar hadir melindungi pesantren, bukan sekadar menyalahkan,” tandasnya.

Tragedi Ponpes Al Khoziny menyadarkan banyak pihak tentang pentingnya sinergi antara pemerintah, ulama, dan masyarakat dalam menjaga keselamatan para santri. Di balik musibah ini, terlihat bagaimana ketabahan santri, kekuatan keluarga korban, serta kepedulian masyarakat luas menjadi energi kebersamaan.

Cak Nasih menutup dengan pesan bahwa musibah ini harus dijadikan pelajaran besar. “Dari sini kita belajar bahwa setiap musibah adalah ujian. Yang terpenting adalah bagaimana kita saling menguatkan, memperbaiki sistem, dan memastikan tragedi seperti ini tidak terulang. Ponpes adalah benteng moral bangsa, maka sudah seharusnya kita jaga dan lindungi bersama,” pungkasnya.( ED s )

Get real time updates directly on you device, subscribe now.