Pengembangan Kawasan Peneleh Sebagai Kawasan Wisata Berbasis Heritage

270

Surabaya~www.pilarcakrawala.news|Pengembangan kawasan Peneleh sebagai kawasan wisata berbasis heritage, Perkumpulan Begandring Soerabaia mengajak mitranya dari Belanda, TiMe Amsterdam, audiensi ke walikota Surabaya, yang ditemui Sekretaris Kota Ikhsan pada Selasa ( 7/11/2023) pagi.

Dalam menerima tamu asal Belanda in, Ikhsan didampingi oleh Kabid Kebudayaan Heri Purwadi, Biro Hukum dan Kerjasama Djoen, serta Kadis Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Mia Santi Dewi.

Kehadiran Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) ini terkait dengan project yang telah diajukan oleh Begandring-TiMe Amsterdam kepada Dutch Culture sebagai penyandang dana. Project akan berjalan pada 2024.

Nanang Purwono selaku Ketua Begandring Soerabaia, menyampaikan bahwa project ini mengambil obyek Makam Eropa Peneleh, yang memiliki sejarah bersama (shared history) antara Surabaya (Indonesia) dan Belanda. Menurut Nanang bahwa project ini diberi nama “Turning Cemetery into Living Library“, Merubah Pemakaman Menjadi Kepustakaan Hidup.

Karena ada keterikatan dengan literasi, maka dinas terkait yang terundang adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip). Selain Dispusip, terundang lainnya adalah Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) karena ada kaitannya dengan pariwisata.

Sementara, selama ini Makam Eropa Peneleh dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Tidak hanya Makam Eropa Peneleh, DLH juga mengelola makam makam lainnya seperti di Keputih dan Babat Kerawat.

Menurut Kuncarsono Prasetyo selaku pendiri Begandring Soerabaia, Makam Eropa Peneleh tidaklah makam aktif seperti Babat Jerawat atau Keputih yang masih aktif.

“Makam peneleh ini sudah tutup sejak tahun 1950-an dan saat ini menjadi potensi wisata. Seharusnya pengelolaannya tidak lagi pada DLH agar lebih bisa dikembangkan sesuai peruntukanya. Yaitu sebagai obyek wisata, bukan lagi sebagai tempat pemakaman”, jelas Kuncarsono.

Dalam menerima tamu asal Belanda in, Ikhsan didampingi oleh Kabid Kebudayaan Heri Purwadi, Biro Hukum dan Kerjasama Djoen, serta Kadis Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Mia Santi Dewi.

Kehadiran Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) ini terkait dengan project yang telah diajukan oleh Begandring-TiMe Amsterdam kepada Dutch Culture sebagai penyandang dana. Project akan berjalan pada 2024.

Mendengar kabar ini, Ikhsan langsung menelpon dinas terkait agar memindahkan peti peti mati di gudang di depan kantoran makam. Gerak cepat Ikhsan ini adalah wujud nyata bahwa Pemerintah Kota Surabaya mendukung project kerjasama Begandring Soerabaia dan TiMe Amsterdam.

“Kami pemerintah kota Surabaya mendukung sepenuhnya apa yang akan dikerjakan Begandring dan TiMe Amsterdam”, jelas Ikhsan kepada tamu tamunya.

Kerjasama antar komunitas Surabaya dan Amsterdam yang didukung Pemerintah Kota Surabaya ini akan menarasikan orang orang penting di masa Hindia Belanda yang dikubur di Pemakaman Eropa Peneleh. Diantaranya adalah Residen Surabaya Daniel Francois Willem Pietermaat yang membangun Masjid Kemayoran dan Herman van der Tuuk sebagai peletak dasar bahasa Melayu (sekarang Indonesia).

Selain pada obyek makam, di komplek ini akan dibuat Pusat Informasi Makam Eropa Peneleh (PIMEP). Pusat informasi ini sekaligus sebagai tempat orientasi makam sebelum pengunjung mengeksplorasi makam.

Setelah Ikhsan menelpon dinas terkait, ruangan yang selama dipakai untuk menyimpan peti peti mati langsung dibersihkan. Pembersihan langsung dikawal oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Pembersihan ini masih terlihat berlangsung ketika rombongan meninjau lokasi makam pada siang hari.(Bs).

Get real time updates directly on you device, subscribe now.