Kisah Haru Mbah Tasripp: Hidup Sebatang Kara di Bantaran Sungai Porong, Kini Dipeluk Kehangatan di Yayasan Sosial
SIDOARJO~www.pilarcakrawala.news|Di tepian Sungai Porong, dekat tanggul lumpur Lapindo yang menyimpan jejak bencana, terdapat kisah seorang lelaki tua bernama Mbah Tasripp. Selama lebih dari satu dekade, ia menjalani hidup dalam sunyi dan keterasingan, tinggal di gubuk reyot berdinding bilik, tanpa aliran listrik, tanpa akses kesehatan, dan tanpa keluarga yang mendampingi. Sejak tahun 2013, Mbah Tasripp menggantungkan hidupnya dari memulung barang bekas yang ia kumpulkan dari sekitar kawasan tersebut.
Nasib pilu Mbah Tasripp akhirnya sampai ke telinga Wakil Bupati Sidoarjo, Hj. Mimik Idayana. Mengetahui kondisi Mbah Tasripp yang sangat memprihatinkan, ia langsung turun tangan pada Senin pagi (19/5/2025). Didampingi jajaran kecamatan dan relawan sosial, Bu Mimik mendatangi gubuk kecil tempat Mbah Tasripp tinggal.
Dengan mata berkaca-kaca dan suara lembut penuh empati, ia mengajak sang kakek untuk meninggalkan kehidupannya yang penuh kesunyian itu.
“Pak, ikut saya ya? Nggak usah bawa apa-apa. Ini semua nanti kita robohkan. Saya kasih baju baru, semuanya baru. Mau ya?” ucap Bu Mimik dengan suara hangat.
Mbah Tasripp, yang tampak terkejut dan haru, menjawab lirih, “Nggih Bu, kulo purun.”
Tanpa membawa satu pun barang, Mbah Tasripp meninggalkan gubuknya. Kini ia tinggal di Yayasan Baitun Ar Rahman Ar Rahim, sebuah tempat yang menyediakan tempat tinggal layak, makanan bergizi, serta pemantauan kesehatan rutin bagi para lansia yang terlantar. Senyum tipis tampak menghiasi wajahnya, seolah beban panjang hidupnya perlahan terangkat.
Namun, kisah di tepian Sungai Porong tak hanya berhenti pada Mbah Tasripp. Seorang lansia tunarungu lainnya yang tinggal tak jauh dari lokasi yang sama memilih tetap bertahan di tempat tinggalnya. Menanggapi hal tersebut, Bu Mimik pun mengambil langkah cepat. Ia menitipkan sang lansia kepada camat setempat dengan permintaan agar diberikan perhatian khusus serta makanan rutin setiap harinya.
“Kami tidak bisa membiarkan beliau hidup seperti itu. Ini bukan hanya soal tugas sebagai pejabat, ini soal kemanusiaan,” tegas Bu Mimik di hadapan para wartawan.
Aksi nyata Wakil Bupati Sidoarjo ini menjadi potret kepekaan dan kepedulian sosial yang jarang terlihat di tengah rutinitas birokrasi. Kisah Mbah Tasripp adalah pengingat bahwa di balik angka-angka statistik kemiskinan, ada wajah-wajah yang menanti uluran tangan kasih sayang dan kepedulian.
Kini, Mbah Tasripp tak lagi hidup sendiri. Ia berada di tempat yang lebih aman, lebih layak, dan lebih manusiawi. Sebuah akhir yang hangat bagi kisah panjang perjuangan seorang lansia yang sebelumnya terpinggirkan di tengah derasnya arus pembangunan.(ED s)