Tragedi Ponpes Al Khoziny, Benjamin Kristianto Ingatkan Pentingnya Jaga Kesehatan Mental dan Fisik Keluarga Korban
Sidoarjo//www.Pilarcakrawala.news| Suasana duka masih menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Runtuhnya salah satu bangunan di pesantren besar tersebut telah merenggut korban jiwa sekaligus menorehkan luka mendalam bagi dunia pendidikan dan keagamaan di Jawa Timur. Hingga Kamis (2/10/2025), proses evakuasi masih terus berlangsung dengan melibatkan puluhan personel gabungan dari TNI, Polri, BPBD, Basarnas, PMI, serta ratusan relawan kemanusiaan.
Di lokasi kejadian, suasana penuh haru dan keprihatinan menyelimuti para keluarga yang menunggu kabar santri mereka. Teriakan histeris sesekali pecah, tangisan pecah di tengah lantunan doa, berpadu dengan suara komando petugas yang berjuang menyingkirkan puing-puing bangunan. Setiap detik terasa menegangkan, seolah menjadi pertaruhan antara harapan dan kenyataan.
Dalam kondisi penuh kepedihan itu, hadir dr. Benjamin Kristianto, anggota Komisi E DPRD Jawa Timur dari Fraksi Partai Gerindra. Kehadirannya bukan hanya sebagai wakil rakyat, tetapi juga sebagai seorang dokter yang peduli terhadap kondisi para korban dan keluarga mereka. Benjamin datang langsung ke lokasi untuk menyaksikan upaya evakuasi sekaligus memberikan dukungan moral bagi keluarga santri.
Benjamin memberikan penghargaan tinggi atas kinerja tim gabungan yang bekerja tanpa kenal lelah. Ia menyaksikan langsung bagaimana petugas bahu-membahu mengevakuasi korban dari reruntuhan dengan penuh dedikasi.
“Saya melihat sendiri bagaimana tim evakuasi bergerak cepat dan penuh tanggung jawab. Mereka bekerja siang dan malam, tidak mengenal lelah, demi memastikan semua korban dapat ditemukan. Ini adalah bentuk pengabdian yang patut kita apresiasi bersama,” ujarnya.
Menurutnya, kerja keras para petugas bukan hanya sekadar tugas, melainkan panggilan kemanusiaan yang luar biasa.
Namun, di balik apresiasi tersebut, Benjamin menyoroti sisi lain yang jarang mendapat perhatian: kesehatan mental dan fisik para wali santri. Menunggu kabar tentang anak atau cucu di tengah tragedi adalah beban psikologis yang amat berat.
Benjamin bahkan sempat melakukan pemeriksaan kesehatan kepada sejumlah keluarga santri di lokasi. Ia menemukan ada wali santri yang tekanan darahnya melonjak tinggi akibat stres berat.
“Saya periksa ada seorang ibu dan seorang kakek yang menunggu anak dan cucunya dievakuasi. Tensi mereka mencapai 180, ini sangat berbahaya. Jangan sampai kita berhasil menyelamatkan anak-anak, tetapi orang tuanya justru tumbang karena sakit akibat tekanan psikologis yang luar biasa,” ungkap Benjamin dengan nada prihatin.
Ia menegaskan, keberhasilan proses evakuasi tidak hanya diukur dari jumlah korban yang ditemukan, tetapi juga dari sejauh mana kondisi keluarga korban tetap terjaga.
Selain kesehatan keluarga korban, Benjamin juga menyoroti aspek pembangunan di Ponpes Al Khoziny yang masih dalam tahap pengerjaan. Ia menekankan pentingnya perencanaan matang, perhitungan konstruksi yang benar, serta pengawasan ketat dalam setiap pembangunan sarana pendidikan.
” Keselamatan para santri adalah prioritas utama. Jangan sampai musibah ini terulang hanya karena kelalaian perencanaan atau lemahnya pengawasan. Pembangunan harus dilakukan secara cermat, profesional, dan mengutamakan standar keamanan,” tegasnya.
Menutup kunjungannya, Benjamin memberikan pesan menenangkan kepada keluarga santri yang masih menanti kabar. Ia mengajak semua pihak untuk tetap bersabar dan mempercayakan proses evakuasi kepada tim yang berpengalaman.
“Saya paham betapa berartinya beban para keluarga. Namun percayalah, tim yang ada di lapangan bekerja dengan hati dan kemampuan terbaik mereka. Semoga semua korban segera tertangani dan keluarga diberi kekuatan serta ketabahan menghadapi ujian ini,”tuturnya.
Tragedi di Ponpes Al Khoziny menjadi alarm keras bagi semua pihak tentang pentingnya keselamatan dalam pembangunan fasilitas pendidikan. Musibah ini bukan hanya soal bangunan yang roboh, tetapi juga menyangkut nyawa, kesehatan, serta masa depan generasi muda.
Di tengah kesedihan mendalam, kehadiran tokoh publik seperti Benjamin Kristianto memberi warna berbeda. Ia tidak hanya mengapresiasi kerja keras tim evakuasi, tetapi juga mengingatkan bahwa kesehatan mental dan fisik keluarga korban adalah bagian penting dari proses penanganan bencana.
Musibah ini diharapkan menjadi pelajaran besar agar di masa depan, aspek keselamatan dan kemanusiaan tidak pernah lagi terabaikan.( ED s )